Kamis, 07 Februari 2013

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

 
              (dibacakan sebagai pengganti kotbah, pada Misa Sabtu/Minggu, 9/10 Februari  2013)
  
“MAKIN BERIMAN, MAKIN BERSAUDARA,
MAKIN BERBELARASA”


Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada saudari/saudara yang merayakannya. Kita semua tahu, Tahun Baru Imlek pada mulanya berkaitan dengan syukur para petani atas datangnya musim semi, musim yang indah dan menjadi lambang munculnya kembali kehidupan setelah musim dingin yang beku. Kalau pun tidak semua dari antara kita merayakan Tahun Baru Imlek, bolehlah kita semua ikut masuk ke dalam suasana sukacita dan syukur atas berseminya harapan akan masa depan baru, berkat pembaharuan hidup.

2. Sementara itu bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah, dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan kita masing-masing sebagai pribadi, sebagai keluarga maupun sebagai komunitas. Prapaskah adalah masa penuh rahmat, ketika kita bersama-sama mengolah pengalaman-pengalaman dan mengusahakan pembaharuan hidup agar dapat semakin mantap dan setia mengikuti Yesus Kristus sampai sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Untuk kepentingan masa Prapaskah tahun ini, sudah disediakan sarana-sarana pembantu antara lain buku yang berjudul “Retret Agung Umat – Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa”. Semoga bahan-bahan yang sudah disediakan ini, dapat membantu seluruh umat untuk membuat masa Prapaskah semakin bermakna dan berbuah.

3. Kisah panggilan Simon yang dibacakan pada hari ini (Luk 5:1-11) memberikan kepada kita contoh bagaimana kita dapat mengusahakan dan mengalami pembaharuan hidup. Pembaharuan itu ditunjukkan dalam perubahan nama yang disandang oleh Simon. Pada awal kisah, nama yang dipakai untuk menyebut dirinya adalah Simon (ay 3.4.5). Dalam perjalanan waktu nama itu berubah: ia disebut Simon Petrus (ay 8). Kita semua tahu, dalam Kitab Suci, perubahan nama adalah tanda perubahan pribadi berkat pembaharuan hidup. Pembaharuan hidup itu tampak juga dalam cara Simon menyapa Yesus : ketika ia tampil sebagai Simon, Yesus ia panggil dengan julukan Guru (ay 5). Sementara ketika ia tampil sebagai Simon Petrus, Yesus ia sebut dengan gelar Tuhan (ay 8). Artinya, pembaharuan hidupnya terjadi berkat pengalamannya akan Yesus. Yesus ia alami bukan lagi sekedar sebagai Guru yang mengajar, tetapi sebagai Tuhan yang menguasai dan menyelenggarakan kehidupan.

4. Perubahan nama itu tampaknya sederhana dan cepat. Tetapi dalam kenyataan, perubahan nama yang mencerminkan pembaharuan hidup merupakan proses yang panjang dan tidak sederhana. Pada awal kisah, kepercayaan Simon kepada Sang Guru diuji. Ternyata Simon berani mengambil risiko : meskipun sebagai nelayan ia tahu persis bahwa waktu mencari ikan sudah lewat, ia turuti perintah Gurunya. Ia berani melangkah lebih jauh daripada perhitungan-perhitungan yang aman. Ternyata langkah yang penuh risiko ini membawanya masuk ke dalam pengalaman yang menakjubkan dan yang tak terkirakan yaitu pernyataan kuasa ilahi dalam bentuk tangkapan ikan yang berlimpah. Simon masuk ke dalam pengalaman yang menentukan dalam hidupnya : pernyataan kuasa ilahi di hadapannya ini bukannya membuat dia membusungkan dada, melainkan membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa. Proses pembaharuan hidup pada tahap ini membawa Simon kepada kesadaran yang benar akan dirinya sebagai pendosa. Injil menceritakan, “Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (ay 8). Simon berharap Yesus akan pergi, tetapi ternyata pada waktu itulah justru kepadanya diberikan tugas perutusan :”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia” (ay 10). Menjadi jelaslah bahwa  kesadaran akan dosa tidak membuat Simon terpuruk atau kehilangan harga diri. Sebaliknya kesadaran inilah yang merupakan awal dari hidup baru, yang merupakan kesimpulan dari kisah ini :”Sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” (ay 11).

5. Dengan demikian kisah penangkapan ikan yang ajaib ini dapat kita mengerti sebagai undangan bagi kita semua untuk setiap kali kembali kepada pengalaman akan kuasa dan kasih ilahi yang akan membawa kita kepada kesadaran diri yang benar sebagai orang berdosa, sebagai saat yang menentukan dalam proses pembaharuan hidup. Prapaskah adalah masa khusus yang disediakan bagi kita agar kita dapat mengalami kuasa dan kasih Allah yang membaharui kehidupan kita.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

6. Kita semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta diajak untuk menggunakan masa Prapaskah ini juga untuk membaharui kehidupan : agar kita menjadi pribadi-pribadi yang makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Beriman berarti semakin setia mengikuti Yesus Kristus, seperti Simon Petrus. Ketika iman kita menjadi semakin sejati, dengan sendirinya kita akan semakin bersaudara. Oleh karena itu salah satu tanda yang amat penting untuk menguji kedalaman iman kita adalah apakah iman itu berbuah persaudaraan. Sementara itu persaudaraan yang benar dan sejati dengan sendirinya akan berbuah belarasa. Hidup bersama yang tidak membuahkan belarasa tidak bisa disebut persaudaraan, melainkan sekedar kelompok atau bahkan komplotan. Begitulah proses pembaharuan hidup itu terjadi dalam bentuk lingkaran yang tidak akan pernah putus, semakin lama semakin bermutu.




7. Mengakhiri surat ini,  bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/ adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta, baik untuk kebaikan Gereja sendiri maupun untuk kebaikan bersama dalam masyarakat yang lebih luas. Seperti Simon Petrus dan kawan-kawannya, kita pun dengan cara yang berbeda-beda, dipanggil dan diutus untuk menjadikan siapa pun yang kita jumpai dalam hidup kita, makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa. Banjir belarasa sebagai reaksi terhadap bencana banjir yang beberapa waktu yang lalu menimpa, menunjukkan bahwa semboyan yang diangkat dalam masa Prapaskah ini bukanlah semboyan kosong, melainkan cermin berjalannya pembaharuan hidup. Semoga demikianlah seterusnya. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.
 
I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Surat Keluarga Fabruari 2013

Belarasa dalam Keluarga



Selalu saja ada yang terlupakan
Ada yang dianggap bisa segalanya dan diabaikan
Ada yang dianggap tidak ada karena tak punya apa-apa
Ada yang merasa begitu karena terlalu banyak diperhatikan
Siapakah yang paling kita perhatikan?
Apakah yang paling hebat atau yang terpinggirkan?


            Para keluarga di Jakarta, setiap orangtua yang ditanya tentang cinta kasih akan berkata, “Aku mencintai anak-anakku semua sama rata, tidak ada yang kuperhatikan lebih dan kurang.” Hampir semua menegaskan keadilan kasihini di antara orang yang dikasihi dalam keluarga. Tetapi dari beberapa pengakuan, beberapa anak merasa dilupakan dan kurang mendapat perhatian. Mengapa demikian?

            Kasih sayang setiap orang tua adalah kasih sayang manusia yang selalu terbatas dan mempunyai kekurangan. Orangtua mencintai justru dari ketidaktahuannya tentang keadilan yang penting bagi perkembangan jiwa anak-anaknya. Seorang anak yang mendapat perhatian lebih, barangkali akan merasa terlalu disayang dan hilang kemampuan mengenai mana yang benar dan salah. Yang berkekurangan perhatian dan kasih, sebaliknya, akan mengalami kehausan dan perasaan diabaikan.

            Apakah mungkin mengasihi dalam keluarga bisa adil? Apakah mungkin kita membagi rata perhatian kita pada semua anggota keluarga? Ataukah kita lebih suka memberikan semua itu kepada mereka yang saya sukai? Keluarga yang terkasih, dalam rangka APP 2013 ini, kita diajak untuk berbagi dengan adil dan berbelarasa pada mereka yang lebih menderita. Cara yang barangkali bisa kita terapkan dalam keluarga adalah adil dalam memberi perhatian dan kasih.

            Sejak kecil kita dilatih untuk memilih dan memperhatikan dan berteman,  dan bermain dengan mereka yang kita sukai. Kita belajar untuk menghindari mereka yang kurang menguntungkan dan kurang “bermanfaat” bagi kita. Kita sungguh telah belajar mengambil keuntungan dari setiap hubungan dengan teman-teman. Hal ini mempengaruhi cara kita mengasihi mereka yang tinggal bersama kita.

            Banyak kasus dimana seorang anak mengalami luka batin yang mendalam karena kurang kasih dan kurang cinta. Mereka mungkin mengalami juga kelumpuhan dalam relasi dengan pasangan hidup dan keluarganya. Pengalaman tumpukan luka ini bisa menjadi semacam “dosa keluarga” yang seolah-olah diturunkan dari generasi ke generasi. Sebagai orang beriman, kita harus mulai menghentikannya. Kita harus berusaha memperhatikan mereka yang paling lemah yang paling membutuhkan perhatian.

            Memberi perhatian tidak sama dengan secara berlebihan menghabiskan perhatian untuk satu orang dan mengabaikan yang lain. Secara wajar setiap anggota keluarga harus mendapat perhatian dan kasih sayang. Untuk ini diperlukan suatu kesadaran akan perlunya rahmat kesadaran yang didasarkan dari cinta kasih yang tulus.

            Dalam semangat persaudaraan, seluruh gerak Keuskupan Agung Jakarta mengajak kita juga untuk mengembangkan semangat belarasa. Cobalah menerapkannya lebih dahulu di dalam rumah kita. Singkirkanlah penghalang usaha kasih di antara kita. Berikanlah waktu kepada anak yang paling dipinggirkan, yang paling kurang berprestasi, yang “tidak hebat”, dan yang kurang membanggakan bagi Anda. Barangkali, dengan kasih yang baru dan belarasa yang tulus, anak Anda akan bertumbuh dan berkembang.

            Kebanyakan permasalahan dalam keluarga berasal dari hubungan yang tidak harmonis dan kekurangan kasih sayang. Jangan biarkan masalah datang dalam keluarga Anda hanya karena anak-anak kurang perhatian. Mulailah memberi kata-kata peneguhan, sentuhan fisik, hadiah, penghargaan, waktu yang cukup untuk anak-anak kita, dan terutama menyampaikan pesan bahwa mereka juga berharga.

            Kalau anak-anak atau anggota keluarga kita merasa dirinya berharga, kemungkinan untuk berkembang akan semakin tinggi. Anak-anak yang tahu bahwa kehadirannya dikehendaki, akan lebih percaya diri dan termotivasi untuk memberikan diri yang terbaik. Jangan lupa, semua orang membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Bimbinglah mereka agar kelak mereka juga turut membanggakan Anda.

            Di awal masa tobat, Aksi Puasa Pembangungan (APP) dan sekaligus di bulan kasih sayang ini, saya ingin mengajak Anda sekalian merasakan keindahan hidup keluarga Anda. Betapapun sulitnya membangun komunikasi; bagaimanapun jauhnya kita dengan orang-orang yang seharusnya kita kasihi, selalu ada kemungkinan perbaikan. Percayalah kepada Tuhan. Pengharapan akan membuat kita tahan uji dan makin beriman kepada-Nya. Berusah akan meraih hati mereka lagi, supaya Anda bangkit bersama Kristus di hari Paskah yang akan datang. Inilah aksi puasa pembangunan di rumah kita.

Selamat menjalankan puasa dan pantang. Mulailah dengan pengharapan dan ajaklah seluruh keluarga juga mengharapkan kebaikan bagi sesama yang lain. Berikan hati dan kasih yang tulus melalui usaha yang nyata dalam APP tahun ini. Semoga semakin banyak orang terberkati, mulai dari keluarga kita dulu. Semoga Allah memberkati usaha dan niat baik kita. Amin

Senin, 03 Desember 2012


SURAT KELUARGA DESEMBER 2012

Natal dan “Season Greeting”


Keluarga-keluarga KAJ terkasih, 

Natal adalah peristiwa keluarga. Setiap hari menjelang Natal adalah hari yang “memorable” bagi mereka yang “sadar Natal” (=merindukan Natal). Setiap hari mendengar lagu-lagu Natal. Setiap hari menulis kartu-kartu Natal yang bagus untuk orang-orang yang dikasihi dan menikmatinya seakan Natal tinggal satu hari lagi. Memang, Natal memberi suasana tersendiri yang membuat indah.

Memasang pohon Natal; menghias dan membetulkan rumah, atau menyiapkan hadiah Natal di rumah sungguh membuat suasana Natal menjadi makin terasa dan “memorable” untuk keluarga. Sudahkah Anda mengalaminya? Sebaliknya bisa jadi Natal menjadi saat-saat sedih dan mengecewakan karena mengingat anak-anak yang bermasalah, pasangan yang tidak bicara, atau orangtua yang tidak rukun.

Mempersiapkan Natal ternyata bukan hanya menghias rumah dan membuatnya indah dipandang mata. Natal sungguh adalah suatu saat bertemu, saat bersilaturahmi keluarga. Ketika kita merasakan cinta kasih dari pasangan kita yang penuh perhatian, hati kita bersukacita, hidup menjadi penuh, dan perasaan kita seperti sedang berpesta. Kita merasa ada banyak alasan untuk bergembira, bernyanyi dan membagikan kabar gembira.

Keluarga terkasih, kalau kita melihat anak-anak kita yang masih memberi kabar, memberi salam dan mengucapkan kata-kata sayang pada kita, sebagai orangtua tentu hati akan berbunga-bunga dan terharu. Saat seperti itu akan membuat patung-patung Natal tidak lagi menjadi benda-benda kosong, tetapi berjiwa, mengabarkan kabar sukacita Sang Keluarga Kudus yang sedang berpesta bersama kita.

Ketika saya kecil, orangtua memberi kesempatan pada saya saudara-saudara saya untuk berekspresi dan membuat gua Natal dan pohon Natal bersama-sama. Saya bersemangat, meskipun gua Natal kami hanyalah kumpulan kertas semen dan patung kecil-kecil. Saya membuatnya bersama kakak-adik dan ibu. Saat saya dewasa saya ternyata merindukan saat itu.

Masih banyak pengalaman yang bisa kita ambil bersama orangtua kita di masa Natal seperti sekarang ini. Bayangkan Anda mempersiapkan Natal sementara merasakan perasaan sayang orangtua, mungkin Anda akan membuat hiasan-hiasan, dan menulis pesan-pesan yang manis dengan penuh perasaan bahagia. Inilah jiwa Natal, jiwa keluarga yang saling mengasihi.

Persiapkanlah pesta setelah kita membicarakannya dengan orang-orang yang kita kasihi. Istilah ini saya ambil supaya kita tidak hanya membayangkan sebuah Natal yang berisi teori dan cita-cita melulu, tetapi aktivitas kasih di dalam keluarga. Lagu-lagu Natal akan lebih bersemarak ketika seorang anak dan ibu menyanyikannya bersama. Memasang lampu Natal akan lebih mengasikkan kalau dilakukan bersama ayah dan saudara.

Natal adalah peristiwa keluarga. Pengalaman Keluarga Kudus menjadi pusat perhatian semua orang di dunia. Ikon-ikon para pelaku Natal menjadi gambaran betapa Natal menjadi acara impian setiap keluarga. Melihat gambar dan patung Keluarga Kudus yang sedang bersama-sama mengalirkan suasana hangat dalam hati kita, bukan?

Mengucapkan salam, menyampaikan pujian, memberikan dukungan, memberikan senyuman ramah, adalah bagian yang harus menjadi acara menjelang Natal dan perayaannya. Tanpa senyuman dan tawa bersama, Natal hanyalah kartu-kartu kosong tanpa makna. Semua berawal dari kerinduan untuk memberi salam dan berkat kekeluargaan. “Season greeting” bagi kita adalah saat silaturahmi hati.

Bulan Keluarga di masa Adven adalah salah satu cara mewujudkannya. Seluruh keluarga diundang untuk hadir dalam pertemuan yang biasanya dihadiri oleh salah satu anggota keluarga saja. Konsep aktivitas dalam pertemuan dirancang untuk memberi ruang bagi keluarga, orangtua – anak, pasutri untuk saling berkomunikasi dan berbicara. Tema “Kembali Ke Nazareth” diambil agar kita mengingat betapa pentingnya mempersiapkan Natal-an bersama keluarga.

Selamat Natal, Papa dan Mama!, Tuhan memberkati Papa dan Mama, Tuhan memberkati Rudi dan Anastasia, Tuhan Yesus yang datang ke dunia memberkati keluarga kita semua. Salam sayang untuk kalian semua yang aku sayangi. Kalian adalah hadiah Natal terindah dalam hidupku. Terima kasih telah menjadi sukacita dari Tuhan buatku!

Seandainya semua keluarga mengirimkan salam Natal yang mesra dan indah seperti itu, banyak keluarga akan mengalami Natal sesungguhnya. Seandainya kita semua berani mengambil bagian untuk merayakan Natal melalui rekonsiliasi bersama keluarga, maka kita akan menemukan sebuah Keluarga Nazareth yang baru, yang meskipun kadang dalam kesulitan, tetapi menanggungnya bersama dalam cinta kasih.

Malam Natal akan segera datang
Malam kita adalah terang seterang-terangnya
Sebab cinta kasihku mengembang bersama senyum kita
Dan aku tahu aku adalah bagian dari jiwa-jiwa bahagia
Dalam keluarga kita ini.


Selamat Natal !



Salam Keluarga Kudus
Rm.Alexander Erwin Santoso MSF

Minggu, 02 Desember 2012


 Retret Di Masa Adven

Makna Lingkaran Adven

 
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.
 
LINGKARAN LILIN ADVEN
Saya menawarkan kepada anda bahan dasar untuk mengadakan retret keluarga secara pribadi selama Masa Adven, yaitu bagaimana Keluarga menghidupi Makna Lingkaran Adven. Anda dan keluarga anda bisa merenungkan setiap minggu satu makna Lilin Adven. Setiap makna Lilin Adven diberi dasar Alkitabiahnya yang sesuai dengan arti Adven.


Pengantar

Tanggal 02 Desember 2012, kita mulai memasuki masa Adven. Adven dari  bahasa latin Adventus yang berarti kedatangan  Tuhan.  Kita menantikan kelahiran Yesus di bumi ini dan sekaligus menantikan kedatangan-Nya yang kedua untuk menghakimi kita semua.
Kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus dengan pertobatan untuk menyucikan diri sehingga pantas menyambut kehadiran-Nya. Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menghapus dosa-dosa kita dengan tetesan-tetesan  darah-Nya yang  tak ternilai harganya. Tugas kita adalah menjaga  kesucian jiwa kita sampai Tuhan datang untuk memisahkan orang yang baik (digambarkan dengan domba) dari orang yang jahat (digambarkan dengan kambing).
Lingkaran Adven merupakan simbol untuk menolong kita sebagai persiapan dalam  menantikan kedatangan Tuhan. Isi dari Lingkaran Adven terdiri dari empat lilin, daun cemara atau evergreen, dan buah beri. Setiap  bagian dari  Lingkaran Adven memiliki makna rohani.
Lingkaran Adven
Lingkaran Adven  melambangkan Tuhan Yang Abadi, Tuhan yang kekal. Tuhan yang tidak ada awal dan akhir.
Lilin adven
Tiga dari Lilin Adven itu berwarna ungu (tanda pertobatan) dan satu lilin berwarna pink (merah muda) yang dinyalakan pada hari Minggu Adven ketiga.
1.      Lilin pertama disebut Lilin Pengharapan/Lilin Nubuat/Lilin Nabi (Minggu Pengharapan)

Lilin Pengharapan/LilinNubuat/Lilin Nabi dinyalakan  pada Minggu Adven Pertama.
Lilin Pengharapan/LilinNubuat/Lilin Nabi mau menyatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus telah dinubuatkan oleh para nabi.  

Salah satu Nabi yang menubuatkan kedatangan Mesias adalah Nabi Yeremia. Nabi Yeremia menubuatkan bahwa  Mesias akan datang akan melaksanakan keadilan dan kebenaran sehingga terjadi ketentaraman/kedamaian.

Perjanjian dengan keturunan Daud dan keturunan Levi (Yeremia 33:14-16)

14 "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. 15 Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud.  Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri. 16 Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram.  Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan  kita!

2.      Lilin kedua disebut  Lilin Jalan (Minggu Jalan )

Lilin Jalan dinyalakan pada Minggu Adven Kedua. Lilin Jalan mengingatkan kita bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan.

Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-6)

3:1 Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes  raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, 3:2 pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia,  di padang gurun. 3:3 Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, 3:4 seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. 3:5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, 3:6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan".

3.      Lilin ketiga disebut Lilin Sukacita/Gaudete (Minggu Sukacita atau Minggu Gaudete)
Lilin Sukacita mau mengingatkan kita bahwa keselamatan yang dijanjikan Allah itu adalah keselamatan abadi, kekal, yang tidak akan pernah binasa. Di dalam dunia ini, semuanya akan lenyap selain sabda Tuhan. Kita bersukacita, yang dilambangkan dengan lilin berwarna pink, karena keselamatan Allah melalui kelahiran Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat, sebentar lagi akan kita rayakan.
Janji Keselamatan Tuhan (Zefanya 3:14-18)
3:14 Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! 3:15 TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. 3:16 Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: "Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu. 3:17 TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, 3:18 seperti pada hari pertemuan raya." "Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela.

4.      Lilin Keempat disebut Lilin Kedamaian (Minggu Kedamaian
Lilin Kedamaian dinyalakan pada hari Minggu Adven keempat. Lilin Kedamaian mengingatkan kita bahwa sukacita yang dapat kita nikmati adalah  damai dihati.
Raja Mesias dan Penyelamatan Israel (Mikha 5:1-4)
5:1 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. 5: 2 Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. 5:3 Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, 5:4 dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri kita dan apabila ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan dia tujuh gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.
Keempat Lilin Adven yang menyala itu, dari Minggu Pertama sampai dengan Minggu Keempat,  melambangkan kesucian jiwa kita.
Lilin Natal/Lilin Kristus
Lilin Natal/Lilin Kristus berwarna putih yang melambangkan Jiwa Kristus. Lilin Natal/Lilin Kristus dinyalakan pada Malam Natal dengan menggantikan keempat Lilin Adven. Lilin Natal/Lilin Kristus yang menyala ini mengingatkan kita bahwa jiwa kita  ini semakin hari harus semakin memancarkan kesucian sehingga dapat bersatu dengan jiwa Kristus.  Kalau jiwa kita bersatu dengan Kristus, jiwa kita  akan mengalami keabadian di surga.
Daun-Daun Ever-green atau Cemara
Keabadian di surga itu dilambangkan dengan hiasan daun-daun ever-green atau cemara. Daun-daun ever-green atau cemara tetap berwarna hijau/tidak pernah rontok pada musim gugur yang menandai musim dingin yang  hampir tiba.
Buah Beri
Buah beri yang berwarna merah di antara daun-daun hijau di Lingkaran Adven tersebut melambangkan tetesan darah Tuhan Yesus. Keabadian jiwa kita  terjadi berkat penebusan oleh Tuhan Yesus dengan tetesan-tetesan darah-Nya.
Lingkaran Adven di  rumah.
Selain meletakkan Lingkaran Adven di Gereja dan di lingkungan-lingkungan kita, keluarga-keluarga sebaiknya juga mempunyai Lingkaran Adven di rumah kita dan menyalakannya pada saat makan bersama. Doa bersama di sekililing meja makan dengan Lilin Adven yang menyala mengingatkan kita akan perjamuan Tuhan/perjamuan Ekaristi. Ekaristi merupakan santapan bagi jiwa kita, yaitu Kristus sendiri.
Doa Sebelum Menyalakan Lilin Adven
Satu lilin kita nyalakan
hari Natal sudah dekat
Lilin itu tanda harapan
    Janji TUHAN akan genap

Kesimpulan :
Tujuan hidup kita adalah jiwa kita (dilambangkan dengan Lilin-Lilin Adven) bersatu untuk selamanya dengan Tuhan yang kekal (dilambangkan dengan Lingkaran Adven), yaitu keabadian (dilambangkan dengan daun ever-green/cemara)  melalui penebusan Tuhan Yesus yang telah menumpahkan darah-Nya (dilambangkan dengan buah beri). Semoga makna Lingkaran Adven ini memperkaya persiapan rohani  kita dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus karena disertai dengan Bacaan-Bacaan Kitab Suci yang mendukungnya.  Tuhan memberkati.

Minggu, 11 November 2012

Rudatiningsih, Bangun, Pastor Siprianus, SS.CC (kiri ke kanan)
Telah dilangsungkan pemberkatan pernikahan antara Mas Bangun dengan Mbak Rudatiningsih di Gereja St. Odilia Citra Raya Tangerang pada jam 09.45 WIB. Mbak Rud merupakan adik kandung dari istri Bp. V. Nyono yang sekarang bertempat tinggal di daerah Bintaro, Jakarta.
Misa pemberkatan pernikahan diiringi oleh paduan suara dari lingkungan St. Yoakim Balaraja, yang bersuara merdu tiada tara (kalau yang membaca senyum, berarti benar adanya).
Sekitar jam 12.00, misa telah selesai dilangsungkan kemudian dilanjutkan dengan pesta di rumah Bp. Nyono sendiri. Walaupun dalam perjalanan menuju ke tempat pesta di guyur hujan lebat di daerah Balaraja, namun tidak mengurangi kebahagiaan kedua mempelai dan juga para pengiringnya untuk segera sampai ke tempat tujuan dan berbagi kebahagiaan bagi orang yang telah menunggu di rumah pesta (maklum, menyiapkan segala sesuatu untuk para tamu undangan).

Demikian yang bisa Sekretaris Lingkungan bagi untuk para members. Selamat berbahagia untuk kedua mempelai Mas Bangun dan Mbak Rudatingingsih. Semoga menjadi teladan keluarga KRISTIANI yang sejati  di tengah masyarakat. AMIEN!!!
GOD bless you.

Sabtu, 10 November 2012

Gladi resik koor mantenan

Hari Sabtu tanggal 10 November 2012, latihan gladi resik koor untuk acara pernikahan anggota keluarga Bp. Vincentius De' Paul Nyono dimulai jam 19.45 WIB. Seluruh anggota koor menyambut antusias karena ini merupakan latihan terakhir sebelum tampil di hadapan uamt yang nantinya akan hadir di acara misa pernikahan Ruth dan Bangun.
Dengan semangat Pak Sabarno (di depan orgen) sebagai organis mengiringi latihan. Suara lantang Suster Sebastiana (berbaju merah) telah membuat wajahnya tampak serius (pura-pura g yach???).
Latihan selesai jam 21.00 WIB karena tidak mau mengganggu tetangga sebelah karena kencangnya suara. Semoga penampilan kami besok berjalan dengan lancar. BRAVOO !!! TUHAN MEMBERKATI. AMIN.